Mubarik Nangka Gede Dan Mapag Sri 2024 Pemdes Desa Krandon Menggelar Acara Wayang Kulit Semalam Suntuk

KABUPATEN CIREBON, BIDIKKRIMINALNEWS.COM Pemdes desa Krandon kecamatan Talun kab.cirebon menggelar acara wayang kulit Langen Purwa Memperingati Mubarik Nangka Gede dan Mapak Sri Mengenang sejarah Desa Krandon Ngangeni..

 

Turut Hadir Muspika camat Talun,Kapolsaek,DanRamil serta para Kuwu sekecamatan talun,acara di gelar di bawah pohon Nangka Gede desa krandon Sabtu 13 Juli 2024 dengan acara pagelaran wayang kulit semalam suntuk.

– Desa Kerandon di Kabupaten Cirebon memiliki cerita yang sangat menyenangkan untuk dibahas.

 

Berikut asal muasal Desa Kerandon di Kabupaten Cirebon, konon sebagai yang tertua dan penuh dengan keramat.

 

Diperkirakan sekitar tahun 363 M, berdiri Kerajaan (Hindu-Siwa) Indraprasta, menurut buku orang-orang Talun; sebuah catatan etnografis dituliskan bahwa Indraprasta disebut sebagai bibit-kawit sejarah desa Kerandon.

 

Sulit didapatkan cerita sejarah desa ini secara runtut dan terang. Konon, beraneka ragam pendapat tentang nama desa ini, dari mulai nama Karang Daun, Krandon dan Kerandon. Pada akhirnya diambillah nama “Kerandon” sebagai nama desa ini.

 

Desa Kerandon termasuk desa termuda, namun dari aspek kesejarahan termasuk yang tertua. Indikasi ini nampak dari adanya situs- situs tua yang masih eksis hingga saat ini. Sebut beberapa: petilasan kramat Cimandung, Kramat Nyi Ending Geulis, Kramat Balong Biru, Buyut Nangka Gede.

 

Cimandung merupakan petilasan dari Mbah Kuwu Cirebon atau Mbah Kuwu Sangkan yang berada di desa Kerandon. Letaknya tidak jauh dari Makam Keramat Talun.

 

Selain tempat petilasan, juga ada beberapa mata air dan batu besar yang dikeramatkan di situs ini yaitu :

 

Batu Perahu atau Kedung Kencana Ungu.

Batu Perahu merupakan batu yang bentuknya mirip anjungan perahu dan kemudian oleh warga sekitar disebut sebagai batu perahu, memang tidak secara keseluruhan batu itu mirip perahu, karena hanya bagian depannya saja yang mirip dek perahu.

 

Masyarakat percaya bahwa batu tersebut merupakan perahu terdampar yang membawa Syarifah Muda’im (adik kandung pangeran Walasungsang atau Mbah Kuwu Sangkan).

 

Batu Pedadaran

Pedadaran berasal dari kata dadar, yang artinya melatih. Pedadaran berarti pelatihan, di mana batu tersebut merupakan tempat duduk Mbah Kuwu Sangkan saat melatih prajurit-prajuritnya.

 

Balong Penganten

Disebut Balong Penganten karena dipercaya masyarakat bahwa dulunya sumur tersebut merupakan tempat mandinya puteri-puteri raja. Ketika memasuki gapura situs Cimandung kita dapat menemukan Sumur Penganten ini tepat di bawah pohon beringin besar yang menaunginya. Suasana adem dan asri.

 

Sumur Jaka Tawa

Melengkapi nuansa mistisnya di Cimandung terdapat juga sebuah pohon langka berbentuk menyerupai ular yang saling membelit, keberadaan pohon itu dipercaya sebagai sebagai gerbang gaib menuju dimensi lain, hingga sekarang belum menemukan orang yang bisa dipercaya tentang nama dari pohon unik tersebut, percaya atau tidak tetapi sebuah acara televisi swasta pernah menjadikannya sebagaid estinasi programnya.

 

Karena lokasinya yang berada di kawasan perbukitan hutan kabupaten Cirebon, Petilasan Cimandung juga dimanfaatkan oleh warga sekitar dan bahkan oleh para pengunjung dari luar kota sebagai destinasi berwisata, beraneka pepohanan yang tinggi dan lebat membuat Cimandung sebagai tempat nyaman dan aman kera atau monyet untuk tinggal di sana.

 

Keragaman flora dan fauna juga kesejukan alamnya membuat para pegunjung betah berlama-lama di sana, terlebih ketika akhir pekan dan libur hari raya Cimandung menjadi sangat ramai oleh para pengunjung, baik yang berziarah maupun yang sekedar menikmati kesejukan alamnya. Pengunjung Petilasan Cimandung kebanyakan adalah peziarah, dan Cimandung termasuk dari salah satu tujuan wisata religius di Cirebon yang terkenal memiliki banyak destinasi sejenis.

 

(Gunawan)